Siapa tak kenal Pantai Kuta? Bali sebagai “surga terakhir di bumi” takkan lengkap tanpa Pantai Kuta. Bersama Sanur, Kuta adalah salah satu pantai paling ikonik di Bali.
Memasuki wilayah pantai, pengunjung akan disambut sebuah gapura megah berbentuk candi bentar. Gapura ini merupakan penanda sisi paling selatan dari kawasan Kuta. Setelahnya, pengunjung akan disuguhi pemandangan pantai yang memanjang sekitar 10 km, pasir putih yang lembut, dan ombak yang ramah untuk berselancar.
Kuta sudah menjadi salah satu destinasi wajib wisatawan yang berkunjung ke Bali. Namun, siapa sangka Pantai Kuta dulunya merupakan tempat buangan, pelarian, hingga penderita kusta. Selain itu Kuta juga dikenal sebagai pelabuhan dagang yang sibuk.
Menurut A.A. Gde Putra Agung dkk dalam Sejarah Kota Denpasar 1945-1967, Pantai Kuta merupakan pelabuhan Kerajaan Badung. Pelabuhan Kuta menjadi ramai karena adanya kegiatan dagang antara Mataram dan Batavia yang melalui pelabuhan ini. Barang-barang yang diperdagangkan di Pelabuhan Kuta antara lain beras, minyak kelapa, kopra, hingga budak. “Mereka yang dijadikan budak adalah orang-orang yang tidak sanggup membayar pajak atau orang-orang hukuman. Perdagangan budak adalah monopoli raja Badung, akan tetapi sering pula dilaksanakan secara gelap/selundupan oleh pedagang-pedagang Bugis,” tulis A.A. Gde Putra Agung dkk dalam Sejarah Kota Denpasar 1945-1967.
Setelah perdagangan budak dilarang, para penguasa mulai memperdagangkan ternak dan hasil bumi. Saat itulah datang John Mads Lange, pedagang berkebangsaan Denmark, yang mengatur sistem perdagangan antar pulau yang berpusat di Kuta. Berkat usaha Lange, yang membuka kantor dagang, Kuta menjadi pelabuhan sekaligus pusat perdagangan yang sibuk.
“Setelah Belanda menguasai Kerajaan Buleleng pada tahun 1849, peran Kuta sebagai pelabuhan mulai mundur karena Belanda mengembangkan Pelabuhan Pabean Buleleng,” tulis A.A. Gde Putra Agung dkk. Berkat Lange pula, sejumlah pejabat dan ilmuwan berkunjung ke Kuta. “Meskipun Lange hampir tidak berkecimpung dalam bisnis pariwisata seperti yang kita ketahui, tamunya memulai proses mempublikasikan Bali yang pada waktunya akan membalik reputasinya sebagai tempat yang berbahaya dan biadab,” ujar Robert Pringle dalam A Short History of Bali: Indonesia’s Hindu Realm.
Pada awal abad ke-20, pemerintah kolonial mulai mengembangkan Bali sebagai objek wisata. Brosur-brosur wisata mempromosikan Bali sebagai tujuan wisata. Pada 1923 kapal penumpang Belanda mulai melayani Singaraja, dan pada 1928 wisma pemerintah di Denpasar ditingkatkan dan dibuka kembali sebagai Hotel Bali.
Namun Kuta masih belum mendapat banyak perhatian sampai kedatangan perempuan Inggris-Amerika bernama Vannine Walker alias K’tut Tantri, yang kelak turut dalam Revolusi Indonesia. Dia menceritakan kenangannya tentang Kuta pada 1930-an dalam bukunya Revolusi di Nusa Damai. “Pantai di situ indah sekali, tanpa ada sebuah rumah pun. Bahkan gubuk saja tidak ada! Yang ada hanya beberapa pura, serta perahu nelayan yang banyak sekali jumlahnya. Kalau aku membangun rumah di situ, alangkah nyamannya!” tulis K’tut Tantri.
Pada 1936, pasangan seniman dari Amerika Serikat Louise Garret dan Robert Koke diantar K’tut Tantri berkeliling naik sepeda dan menyadari betapa indah Pantai Kuta. Mereka lalu membangun beberapa bungalow untuk wisatawan yang mulai bosan dengan Denpasar. Kisah ini adalah awal mula dari Kuta Beach Hotel, hotel pertama di Pantai Kuta.Namun, Ktut Tantri kemudian keluar dari bisnis hotel bersama ini dan membangun hotel sendiri bernama Suara Segara. Dua hotel awal di Pantai Kuta ini bersaing hingga meletus Perang Dunia II dan keduanya turut hancur selama perang. Menurut K’tut Tantri, Jepang sempat menggunakan lapangan udara di dekat Kuta sebagai pangkalan operasi pengeboman.
Hingga 1960-an, Pantai Kuta masih terbilang sepi oleh wisatawan. Sampai kemudian pantai ini menjadi tujuan para backpacker yang menganggap Sanur dan Denpasar terlalu mahal. Sejak itu, Pantai Kuta dengan matahari terbenamnya mulai naik daun. Penduduk setempat mulai menyewakan kamar dan membuka warung dengan makanan yang sesuai dengan selera wisatawan.
Pantai Kuta terkenal dengan pemandangan sunset yang begitu mempesona. Berbatasan langsung dengan laut lepas, wisatawan pun dapat melihat hamparan laut biru yang memantulkan bias jingga saat matahari mulai terbenam. Pemandangan di pantai ini pun berubah menjadi lebih romantis dengan kilauan warna khas waktu senja.
0 Komentar